Untuk Apapun Artinya
by Annisa Luthfia in Puisi 3
by Annisa Luthfia in Puisi 3
by Annisa Luthfia 0
Masih ingat cerita tentang 2 orang dulu itu?
Rasanya saya mulai mengeluh, karena memahami mereka berdua itu sangat susah. Aku jadi ragu hal ini kulakukan atas dasar sayang atau kasihan, yang jelas mengerti mereka berdua rasanya seperti mengejar bus hari ini. Capek.
Betapa bodohnya aku, aku belum sadar ketika aku memberi semangat kepada orang lain, ternyata diriku butuh semangat sendiri. Tapi sepertinya tidak ada yang paham akan hal ini. Sudah lama aku hidup dengan cara seperti ini dan aku merasa kacau. Sangat kacau.
Aku hanya sedikit kesepian kupikir.
Kuselesaika masalahku satu per satu, ternyata lubang dalam hati ini masih ada, seperti merasakan sendiri di tengah-tengah tawa..
aku pernah berkonsultasi dengan 'suhu'ku.. masalah ini, akan tetapi aku hanya berhenti di tahap ketiga dan sampai sekarang masih ditahap tiga, aku belum bisa berdamai dengan lignkungan..
by Annisa Luthfia 2
Bapak adalah orang yang sederhana. Sangat. Aku jarang berbicara padanya. Jaraang sekali. Aku hanya berbicara padanya kira-kira 20 kata perhari. Padahal serumah. Tentang Bapak yang terpatri di otakku adalah. Bapak orang yang keras, di mana apapun yang aku lakukan selalu salah. sudah 5 tahun ini Bapak diam denganku. Aku tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya, kalau aku melakukan sesuatu yang salah beliau hanya diam, menatapku lama. Setelah itu beliau ke dapur membuat teh atau ke ruang tamu untuk membaca buku. Oleh karena hal itu, jika aku marah pun, aku diam.
Bapakku bukan seorang yang kaya. Bapakku hanyalah seorang Bapak. Beliau mengasuh anak-anak kecil untuk diajari mengaji. Kupikir aku tak punya kenangan yang manis dengan Bapak. Kupikir di mataku Bapak hanyalah seorang yang galak dan keras. Memang benar Bapak tidak pernah menunjukkan kasih sayangnya padaku 5 tahun ini. Dan sudah 5 tahun ini pun Bapak tidak mencium pipiku. Aku jauh dari Bapak. Aku pun juga tidak berkomunikasi dengan Bapak. Seperti bukan hubungan Bapak-Anak. Sekali lagi aku tidak tahu apa yang terjadi dengan kita berdua.
Bapakkku bukan Bapak yang sering memberikan sesuatu untuk anak istrinya. Bahkan untuk sekedar teh kotak pun. he he. Aku tak punya kenangan barang dengan Bapakku. Bapak belum pernah membelikanku dan ibuku atau adikku baju baru pun. Kenanganku dengan bapak adalah saat bercengkerama selama 1 jam. dan itu hanya terjadi 3 kali selama 5 tahun ini. Dan ketiga pertemuanku pun membuat aku menangis keras. Aku yang biasa terdidik keras dan tidak mudah mengeluarkan air mata pun, tertunduk dihadapan kata-kata Bapak. Hubunganku dengan Bapak sangat rumit. Jika ada apa-apa tentang diriku, aku hanya bilang ke Ibu. Oleh sebab itu Bapak juga diam. Tetapi baru akhir-akhir ini aku menyadari sesuatu bahwa, Bapak sayang dengan aku. Jawaban atas diamnya adalah Bapak merasa segan denganku karena merasa tidak dapat menyanggupi keperluanku, merasa tidak dapat berbuat apa-apa. Jujur saja hatiku keras dengan Bapak. Aku segan dengan beliau. Sungguh. Bapak hanya diam dan menatapku lama karena Bapak malu untuk menepuk pundak dan becengkrama denganku. Bapak orang yang bersahaja dan beliau adalah orang yang tegas. Yang benar, adalah benar. dan yang salah adalah salah. Begitu prinsip hidupnya. Aku tahu lelaki lebih kontras fisiknya daripada hatinya, tetapi Bapakku lebih maju perasaannya apabila dengan keluargaku. Kejadian ini yang membuatku sadar bahwa Bapak sayang padaku.
Ketika aku berumur 8 tahun pada masa itu, suatu hari aku menginginkan es krim walls conello kira-kira harganya 7ribu rupiah. Aku tak berani bilang pada ibuku. Yakin aku pasti dimarahi dan yaa seperti itulah. Aku hanya memandanginya dari jauh. Aku juga tak berani minta pada Bapak. Karena aku sangat paham Bapak tidak punya uang di dompetnya, setelah pulang sekoah aku hanya diam. Mengerjakan apapun dengan diam. Maklum anak kecil. he he. Ibuku sibuk dengan rumah dan bapak pergi entah kemana. Pikiranku mulai aneh-aneh aku merasa anak tersingkir (gara-gara eskrim??) entahlah, aku berpikir aku hanya setengah manusia saja disini. Dan sore harinya pun hujan sangat deras dan Bapak pulang. Tiba-tiba Bapak memberiku uang 50rb pada masa itu dan bilang "Ayo beli eskrim". Dan hujan-hujan aku dan Bapak beli eskrim di toko depan jalan dekat rumahku. Aku menunjuk eskrim yang kumau. Aku bawa pulang eskrim itu dan makan sambil menangis. Bapak tak pernah memberitahuku dari mana uang itu dulu berasal. "Yang penting halal", katanya. Sampai saat ini aku tidak pernah makan eskrim conello 7rb lagi. Sampai saat ini aku tak pernah meminta apapun dengan Bapak, uang apapun dan barang apapun. Aku sudah sangat senang ketika Bapak masih bisa mengantarku pergi melihat pameran, aku sudah cukup senang ketika Bapak menandatangani raporku dengan senyum apapun hasilnya. Aku sayang Bapak dengan segala diam dan bisunya. I <3 Bapak
by Annisa Luthfia 0
by Annisa Luthfia 0
aku tak pernah tau apa yang akan terjadi padaku berikutnya
sungguh hal ini sulit diramalkan atau ditebak
kadang aku berada di tempat dengan waktu dan suasana yang salah
hilang sudah harapan akan hangatnya pijakan tumpuan
kepercayaan dan loyalitas mulai dipertanyakan
sampai saat ini aku masih menunggu
terlalu banyak menunggu pun tidak baik
tapi bagiku ini bukan sebuah masalah yang besar
menunggu sesuatu yang tidak pasti itu memang menyakitkan
akan tetapi lebih menyakitkan lagi jika di akhir kamu tidak mendapat apa-apa
beginilah posisiku wahai kawan
aku tidak dapat beradu nasib di sisi kiri atau kanan
karena semuanya sama di hati ku
aku mencintai yang satu
dan aku sayang dengan yang satu
benarkah?
itulah mengapa aku harus melepas keduanya
biarkan keduanya itu menjauh dari cengkramanku
biar saja kutekan hati ini
agar dia mengerti bahwa dia tidak boleh seenaknya seperti ini
aku benar-benar butuh orang untuk diajak bertukar pikiran
tolonglah wahai Tuhan Yang Maha Esa
sungguh hamba hanyalah makhluk kecil dimata-Mu
tolonglah berikanlah hamba petunjuk
agar hamba jauh dari penderitaan ini
sudah cukup bagi hamba untuk merasakan pilu ini
akan tetapi aku bersyukur pada-Mu
karena pilu inilah yang membuat hamba menjadi manusia
by Annisa Luthfia 0
by Annisa Luthfia in pecahan hati 0
Pertama, aku tidak tahu kenapa jari jemariku menuliskan ini.
Kedua, tulisan seperti ini bukan gayaku.
Ketiga, sayangnya ini nyata.
by Annisa Luthfia in pikir yok pikir 0
by Annisa Luthfia in pecahan hati 0
by Annisa Luthfia in Cerita Cerita 1
by Annisa Luthfia in info info 0
by Annisa Luthfia in pikir yok pikir 1
by Annisa Luthfia in pikir yok pikir 0
Hidup. Apa itu arti hidup?. salah seorang berkata hidup itu adalah tidak mati.Ya. Benar, tanpa ragu. Yang lain mengatakan proses pergi ke akhirat. Tak ada sanggahan yang sanggup mematahkan. Tapi bagi beberapa orang jawaban seperti itu meninggalkan tanda tanya, tak spesifik, kurang ilmiah. Mereka inginkan jawaban yang kompleks. Buat apa? mereka yang hanya mencari arti hidup tetapi tidak menikmati kehidupan itu sendiri adalah pembohong besar. Aku punya beberapa referensi arti hidup dari orang-orang disekelilingku..
Pertama, hidup disini dijelaskan bahwa apapun yang kita dapatkan, kita jalan, dan kita sesali adalah kehendak Tuhan. Tuhan bisa dengan sangat mudah membuat kita tertawa dan membuat kita menangis beberapa detik kemudian. "Dalam hidup Tuhan hanya mengajak kita untuk 'bermain'"- Ibu Tantri
Kedua, "Hidup itu mencari simpati". hmm muncul pertanyaan, simpati dari siapa? Jawabnya adalah 'semua'. Ya. Semua unsur di dunia akhirat. Wow Akhirat?? Penjelasannya kita beribadah juga untuk mencari simpati Tuhan kan ?. - Ibu Diah
Ketiga, hidup itu jalinan matematis, sakral, arogan, indah, penuh intrik dengan sedikit epik. Intinya hidup itu seperti 'gerak parabola'. Melengkung, dari dasar kedudukan awal yang sama dan diakhir lengkungan pun kedudukan yang sama, hanya berbalik. Dari muda menjadi tua.Pada titik Puncak adalah masa kejayaan kita, maka kita harus benar-benar berusaha di lengkungan awal karena agar kita harus terus naik ke sumbu y agar dapat meraih puncak setinggi-tingginya. Ku pikir sejenak. Bedanya adalah kita mendapatkan puncak hidup disini bukan dengan rumus tetapi dengan usaha. - Pak Hari
Kesimpulannya pembaca sekalian, hidup itu relatif, seperti apa yang kita bayangkan, apa yang kita impikan, semuanya tergantung usaha keras yang melingkupinya.
by Annisa Luthfia 9
Sebelum membaca lebih lanjut, aku akan tegaskan pada pembaca semua bahwa tulisan-tulisan disini adalah menulis ala Annisa Luthfia..
Pernahkan Anda sekalian berpikir lebih dalam untuk suatu hal yang sepele, mm.. misal "Di mana rumah angin? Atau apakah ayam bisa bicara dengan ayam lain seperti kita bicara pada ayah ibu kita? Apa induk ayam juga sayang pada anak-anaknya, atau apakah anak ayam juga sering bertengkar untuk memperebutkan sesuatu?". Persoalan ini terlihat rumit sekilas, tapi elit untuk dibahas. Aku sendiri butuh waktu sekitar beberapa minggu untuk mengerjakan PR ku yang ini. PR yang aku buat untuk kukerjakan sendiri. Bagaimanapun antara ayam dan telur harus ada yang mengawali?. Tapi siapa,..
Ku awali riset dengan bertanya pada beberapa orang. Orang pertama yang kuberi pertanyaan adalah orang yang membuat aku jatuh cinta pada pelajaran kimia, orang yang membuat aku merasa bahwa aku punya kakak, walaupun pada akhirnya dia mengecewakanku akhir-akhir ini. Sangat. Tapi, tak apalah kata-katanya masih bijak. Kuajukan pertanyaan " Menurutmu antara telur dengan ayam duluan mana?". Butuh semalam untuk membuatnya berpikir dan membuatnya menggubris bahwa aku tidak main-main dengan pertanyaanku ini. Lalu dia menjawab, "Aku tidak tahu, PR mu bulan ini kah, sulit..lalu apa jawabanmu sementara?" Hmm.. Aku sempat berpikir tidak biasanya dia mengecewakanku seperti ini. Kudiamkan dia untuk beberapa waktu, karena pada saat itu aku masih tertaut, dan tak punya jawaban.
Beberapa bulan kemudian, ku mencobanya lagi dan kutanyakan pada orang kedua. Orang ini adalah sahabatku, aku selalu bisa berbicara apa yang kumau dihadapannya. Rumit. Aku ragu mengatakan bahwa dia mengerti aku, tapi jelas salah bila aku mengatakan dia tidak mengerti jalan pikiranku. Aku selalu merasa bebas dan bisa menjadi diriku sendiri dihadapannya, tanpa ragu, tanpa ada sesuatau yang ditutup-tutupi. Dia suka apa yang aku sukai, dan aku suka apa yang dia sukai tapi tidak setiap hal. Tapi tetap saja dia adalah manusia biasa dan seorang laki-laki, aku takut kejadian masa lalu kembali terulang pada sahabatku yang ini. Kuberi dia pertanyaan, sama seperti orang pertama tadi dan jawabannya adalah "Entahlah.. Aku tak berani menjawab, gak sampai aku.. ayam berasal dari telur dan telur berasal dari ayam, saling berkaitan. Apa asumsimu? Kembali kutarik nafas dan berpikir, apakah terlalu sulit, mengapa orang-orang banyak mengecewakanku tentang pertanyaan ini. hmm. Pada waktu itu, aku sudah memiliki asumsiku sendiri untuk menjawab pertanyaan ini. Asumsiku adalah : "Hubungan antara Ayam dengan Telur adalah seperti lingkaran. Kita tidak tahu mana awal dan mana akhir, yang tahu hanyalah Allah". Mereka berdua memuji atas jawabanku, tapi entah mengapa, jawabanku adalah hanya seperti kiasan dari soalnya. Untuk kali ini aku ingin menemui orang yang pikirannya lebih tinggi daripada aku.
Kutemui orang ketiga dan terakhir dari pencarianku atas jawaban ini. Tepatnya sekitar satu bulan yang lalu, kucoba untuk memikirka masalah ini lagi dan mencari orang untuk bertanya. Dia adalah orang yang menurutku benar-benar keras. Bukan keras dalam hal perilaku, tapi idealismenya sangat kuat. Dia sudah membuatku penasaran sejak pertama kulihat wajahnya. Satu-satunya orang yang tak pernah bisa kutahu apa isi otaknya. Satu-satunya orang yang auranya tidak bisa kubaca dengan teknik apapun. Kembali dia menjadi satu-satunya orang yang jalan pikirannya benar-benar luar biasa dan sekali lagi tak terbaca olehku. Logikanya tertata rapi dan tidak terduga. Dia adalah orang yang bisa menang tanpa bertanding. Pada awalnya aku ragu untuk menanyakan hal ini padanya, karena aku kenal dengan dia baru 3 hari. Mengenak dengan mengetahui beda lohh ya. Aku pun sangat takut bila dia segan denganku. Tapi akhirnya kusodorkan juga pertanyaan itu padanya. Jawabannya adalah : "Menurut konteks duluan telur. Kata pengalaman dari orang komunis 'telur'. telur dari ayam dan ayam dari telur. Menurut pendapat sendiri 'Ayam' yang pertama diciptakan Allah. Kalau kurang sholat istikharah juga bisa." Itu jawaban darinya sangat singkat. Membuatku luluh dan menggugurkan asumsiku sebelumnya. Ya.. jawabannya adalah kembali ke Allah Subhanahu Wata'ala..
by Annisa Luthfia 0
Hmm.. aku tidak tahu harus memulai dari mana. Menulis. Hal ini seperti mencekatku untuk kembali mengenang masa lalu, untuk mengingkari sesuatu yang harus diakui. Tapi apa boleh buat, ini adalah pilihanku, aku senang aku bisa ambil keputusan untuk kembali menulis. Tak akan kuingkari bahwa menulis adalah jiwaku, panggilanku. Untuk inilah jari-jariku menari, untuk inilah otak dan hati kembali terpaut. Kukira hanya dua hal yang bisa membuatku kembali menulis yaitu Allah dan kau. Kau lah yang buatku melihat dunia dengan sisi yang berbeda. Kau lah yang bisa membuatku menengok ke kiri dan ke kanan secara bersamaan dan Kau lah yang bisa menang tanpa mengalahkanku. Terimakasih kuucapkan padamu, atas semua yang telah Kau beri tanpa Kau sadari, yang telah Kau rajut tanpa Kau awali, yang paling penting adalah Kau buatku menyadari akan sesuatu.. bahwa hidup adalah bukan untuk main-main..