Impian, Harapan, dan Cita-cita
by Annisa Luthfia in pikir yok pikir 0
Bermimpilah ! karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu, begitulah kata-kata Arai, salah seorang tokoh dari Laskar Pelangi, begitu mendengarnya jatuh hati aku pada kata-katanya itu. Mimpi itu tidak hanya diimpikan saja akan tetapi harus dipeluk. Ini sebuah ungkapan yang luar biasa untuk menyatakan kesungguhan dalam meraih mimpi itu. Akan jadi apa kita kelak adalah sesuai dengan apa yang kita pikirkan setiap waktu, apa yang kita harapkan setiap pagi, dan apa yang kita impikan setiap malam. Ini bukanlah hanya sebuah teori kawan. Walaupun aku belum pernah mencapainya tetapi hal ini seperti membuatku berjuang hari demi hari untuk menggapai yang sudah aku ukir dilubuk hatiku. Seperti memberi kekuatan ajaib pada kita untuk menggapainya dan terus berjuang hingga titik darah penghabisan. Intinya adalah jika kita memiliki sebuah cita-cita kita harus bersungguh-sungguh dalam menggapainya. Pikirkan setiap saat hingga ia masuk mimpimu. Jangan pernah biarkan orang lain melepaskan pelukanmu dari keyakinan akan cita-citamu. Cita-cita bukanlah teori akan tetapi sebuah usaha untuk menentukan hasil akhir. Hal yang kita butuhkan adalah percaya, semangat, dan do'a. Selalu libatkan Tuhan Yang Maha Esa dalam segala aspek kehidupan kita. Apapun yang terjadi Tuhan adalah yang pertama dan yang paling utama. Aku sangat mencintai Tuhanku dan aku akan membawanya dalam segala aspek kehidupan yang aku pilih kelak, karena aku yakin bahwa Tuhan tiada akan pernah meninggalkan kita dalam keadaan apapun. Lalu yang tidak kalah penting adalah jangan berputus asa, berjuanglah hingga akhir, hingga kita tidak dapat berjalan dan berkata lagi, hingga semua indera kita telah mati. Bukankah piala selalu diberikan di akhir perlombaan?. Ini bukanlah sebuah hal eksak yang jawabannya pasti, karena bukan hanya kita saja yang menjadi variabelnya tetapi takdir Tuhan tetap berperan. Janganlah kita meninggalkannya sekalipun. Ketika ada orang yang meragukan kita katakan padanya bahwa 'Tuhan selalu bersamaku dan Ia tidak akan ragu padaku, karena aku percaya mimpiku ada ditangannya'. Dalam kamusku aku boleh saja menghajar orang-orang yang mengejek cita-citaku, yang selalu mencemooh dan provokator yang lain, aku hanya mengambil kesimpulan bahwa orang yang seperti itu berarti dia tidak berani bermimpi. Sudah itu saja. Jadi, kita harus YAKIN, SEMANGAT, BERDO'A ! Aku akan mengulangnya sekali lagi. bukankah piala selalu diberikan diakhir perlombaan?