Kembaranku ?

by in 1

Terhitung waktu yang sangat lama aku tidak menulis, eh mengetik. Ah sudahlah maksudnya menuangkan pikiranku di dalam kata-kata. Maaf. Mungkin sedang terjadi galat dalam qolbu saya. Insha Allah pelan-pelan kembali tertata. Kali ini aku ingin bercerita pada kakak-kakak semua tentang seseorang yang sangat mirip denganku. Bukan fisik yang mirip tetapi, takdir yang sangat  mirip. 
Sungguh aneh. Dia adalah orang yang sangat anggun, ya benar seorang wanita. Dia satu tingkat diatasku. Umurku 11 tahun ketika pertama kubertemu dengannya. Aku dan dia dipertemukan di sebuah organisasi Palang Merah Remaja di SMP. Dia pun dari generasi yang sama denganku, karena sistem sekolahku adalah generasi sama adalah satu keluarga dan pada saat itu aku adalah adik yang paling kecil istilahnya. Murid baru. Aku dan dia berasal dari kelas B. Sungguh ketika pertama kali bertemu dengannya ku kira dia biasa saja tidak ada sesuatu yang special dalam pandangan pertama. Seperti kakak tengah yang lain-lain. Dia adalah seorang kader PMR. Orang-orang yang di PMR adalah orang0orang yang bersahaja, anggun, pintar, dan berjalan sesuai aturan. Tidak ada sesuatu untuk dikhawatirkan dalam organisasi ini, karena kupikir orang-orang yang waras pasti memilih organisasi ini untuk diikuti. Tetapi, aku tidak betah dengan PMR. Begitu hari pertama , aku langsung hengkang dan memilih PKS. PKS sangatlah kontras dengan PMR. Di organisasi yang satu ini wibawa, kepemimpinan, disiplin, keberanian, tanggung jawab dan kekeluargaan sangat dijunjung tinggi. Pendidikannya keras tetapi bersahaja. Anggota dari PKS ini adalah 30 orang, sedangkan PMR 100an orang pengikut.
Mengapa kupikir dia sama denganku?. Aku mulai mengenalnya ketika aku ikut Pramuka dan OSIS. Dia adalah seseorang yang agamis. Sangat. Begitu pula jalan yang kupilih. Aku sangat mencintai agamaku. Dia adalah seorang yang pendiam. Kita berdua sungguh spesifik dalam hal ini. Caraku berpakaianku pun mirip dengannya. Dia adalah keluarga B yang menjadi seorang ketua OSIS. Ketua umum. Begitu tahun berikutnya, entah dosa apa yang aku perbuat, aku menjadi ketua OSIS. Sungguh sebuah kejadian yang menjemukan di keluarga B’ku. Sehingga pada saat upacara serah terima jabatan terpanggil seperti ini “Penyerahan jabatan serta tanggung jawab oleh HKU kelas 9B kepada Annisa Luthfia kelas 8B”. Begitulah pasal demi pasal dibacakan oleh protokol dengan terus menggunakan nama kelas. Kau tahu apa yang kulakukan dengannya di meja depan kepala sekolah yang saat itu terpajang di upacara pelantikan tersebut?. Aku tertawa dengannya karena mendengar protokol terus menerus mengatakan hal yang sama. Aku jadi rindu masa-masa ini. Tetapi, masa kepemimpinanku dengannya agak berbeda. Kepemimpinannya adalah ‘sejalan aturan dan di kapling aman’ maksud aman disini adalah tidak di bawah garis standar yang dapat menghebohkan alumni. Sedangkan kepemimpinanku adalah ‘nekat’. Sudah kupikir satu kata saja cukup menggambarkan diriku saat itu. Hasilnya pun berbeda. Aku lebih mengalami kehebohan dengan pihak sekolah, keluarga, teman seperjuangan, sehingga membuatku banyak bicara. Membuatku banyak bergaul dengan laki-laki dan orang dewasa lain. Bahkan, aku tidak berani membayangkan diriku pada tahun-tahun itu karena kupikir aku sangat sadis, semua adik kelas menunduk ketika melihatku. Ya Allah ampunilah dosaku.
Pernah terbesit diotakku bahwa dia tidak mirip denganku tapi kejadian yang lain pun muncul. Ketika aku hendak melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi. Aku mendaftar ke sebuah program unggulan disekolahku saat ini. Immersion class, begitu istilahnya. Hanya 28 orang yang diterima dalam program itu. Ketika ku mendaftar dan melihat pengumumannya. Aku berada diurutan 29. Ya Allah ampunilah dosaku.
Ketika kuberjalan pulang penuh dengan kelinglungan kuberetmu dengan kakak kelas generasiku dulu. Tepatnya teman satu kelasnya kak HKU. Kemudian dia memberitahu sesuatu yang mengejutkan bahwa tahun lalu, kak HKU pun juga mendapat posisi yang sama denganku, yaitu noomor 29 dengan 28 penerimaan. Kau tahu seketika itu keinginanku untuk putus asa menjadi hilang. Bukankan aku dan dia sungguh identik terhadap takdir Allah?. Oh ya satu lagi, kesalahanku yang paling besar di SMA sampai saat ini adalah dicalonkan sebagai Mitramuda. Kau pasti sudah dapat menebaknya bahwa tahun lalu dia pun juga dicalonkan sebagai Mitramuda. Tidakkah lama-lama cerita ini menjadi sedikit membosankan. Kupikir dengan dukungan yang kuperoleh aku akan memiliki takdir yang sedikit berbeda dengannya, akan tetapi pada kenyataannya. Kami berdua sama-sama tidak terpilih. Ya Allah ampunilah dosa kami.
Aku dan dia mengikuti organisasi kerohanian di sekolahku. Dan dia adalah amirohnya. Dulu aku sudah di pesan agar aku menjadi amiroh di organisasi kerohanian ini. Akan tetapi aku memilih jalan lain, aku telah duluan dilantik di organisasi lain terlebih dahulu. Sepertinya jalan kami mulai sedikit berbeda. Dia sungguh murni memilih jalan dakwah dalam hidupnya, impianku ambisiku. Segala sesuatu dalam dirinya menampilkan bahwa dia adalah aktivis dakwah. Tetapi diriku, saat ini aku masih di dalam jalur yang 180 derajat berbeda dengannya, aku masih terperosok dalam pergaulan dan tingkah laku yang tidak sepenuhnya memperlihatkan bahwa aku adalah aktivis dakwah Islam. Dia pakai rok, aku pakai celana. Dia menelungkupkan tangan dan aku bersalaman. Jalurnya adalah dakwah yang murni, jalurku adalah jaringan social, organisasi, dan kemenangan serta nama baik. Ini menyakitkan. Tapi, karena aku bertanggung jawab terhadap jalan yang aku pilih. Aku ingin menyelesaikan tugasku sampai akhir dan terus berdakwah. :)


One Response to “Kembaranku ?”

  1. ahh..
    baru baca judulnya aja udah tau maksudnya ana :D

    dasarr Mbak Apii...
    Mbak HKU perlu baca gak niih :)

    BalasHapus