Pesta Kenaikan Tingkat di Akhir Tahun

by 0




Begitu banyak ekstrakulikuler yang ada di SMP Negeri 2 Klaten. Salah satunya adalah pramuka. Ekstrakulikuler ini merupakan satu-satunya exkul yang bersifat wajib. Karena Pramuka mengajarkan dan menanamkan dasar untuk bersiap menjadi manusia dewasa seutuhnya yang sesuai dengan Pancasila, Dasadharma, dan Tri Satya. Oleh karena itu, Pramuka diadakan sejak para siswa baru belajar di SMP Negeri 2 Klaten. Tepatnya setiap hari Jumat pukul 14.00 WIB murid-murid SMP Negeri 2 Klaten mengadu ilmu di Pramuka. Siswa kelas 7 menerima ilmu dari siswa kelas 8. Di dalam konteks ini siswa kelas 7 menjabat sebagai Penggalang Ramu dan siswa kelas 8 menjabat sebagai Penggalang Rakit. Tetapi
tidak semua siswa kelas 8 ikut andil dalam kegiatan Pramuka ini. Mereka yang ikut andil adalah mereka yang terbentuk dalam kesatuan Dewan Penggalang alias DP (baca : DePe). Seluruh kegiatan Pramuka selalu didampingi oleh Pembina Pramuka Espero, yaitu : Bp. Suparlan, Ibu Titik, Ibu Yuliani, Ibu Christin, dan Bp. Heru. Beliau berlima selalu setia mendampingi para DP dalam mendidik siswa kelas 7.
Sesuai dengan Program Kerja Pramuka, di akhir tahun selalu ada rangkaian kegiatan Pemindahan Kekuasaan (halah..). Kalau di PKS, PMR, dan OSIS ada Diklat. Di Pramuka ada Kemah. Kemah inilah yang membuka rangkaian kegiatan Pemindahan Kekuasaan (cape deh..). Kemah di Pramuka lebih spesifik disebut Lomba Tingkat 1 alias LT 1. Rangkaian kegiatan Pemindahan Kekuaaan dimulai dari Lomba Tingkat 1 (LT 1) kemudian Gladian Pemimpin Regu (Dian Pinru) dan yang terakhir adalah Pelantikan Dewan Penggalang (goodbye pramuka hiks..).

Pada tahun 2009 LT 1 dilaksanakan tanggal 24 – 26 Juni. Sebulan sebelum hari “H” para DP sibuk, hilir mudik, naik turun, bolak-balik (hiperbol..) mengurusi LT 1 yang dituntut kesempurnaan disetiap detilnya. Inilah saat-saat biasanya pratama putra dan pratama putri (ketua Pramuka gitu loh..) yaitu Ulfa dan Husein mengalami gejala tekanan batin. Tetapi selalu ada para pemberontak yang diam-diam membantu kerja mereka. Inisial mereka adalah Sina, Tika, Aziz, Dimas, Nia, Idah, Osa, Ajie, Sekar, dan Afi (kalau kayak gini bukan inisial namanya…). Merekalah orang-orang yang terlihat, terlalu, dan selalu sibuk (baca : ubyek dhewe…). Terlihat di gambar para pemberontak sempat nampang di sela-sela pembuatan kapling tenda.


Hari “H” pun tiba, diawali dengan upacara pemberangkatan di pondok yang dipimpin oleh Bp. Suparlan. Setelah acara di buka dengan tepuk tangan ( hloh) para siswa diberangkatkan. Mayoritas para siswa menggunakan taksi pasir untuk mencapai bumi perkemahan Birin. Tetapi karena para pemberontak kebaikan masih sibuk mengangkati keperluan kemah, dan ketika akan menaikkan barang-barang ke taksi (baca : truk) mereka mendapati bahwa mereka akan ketinggalan. Akhirnya nyawa mereka terselamatkan dan sampilah para DP di laapangan Birin. Berbagai lomba diselengggarakan dalam LT I ini. Antara lain : pidato bahasa inggris, pidato bahasa jawa, percakapan bahasa inggrisa, percakapan bahasa jawa, bercerita, cerdas ceramat, lomba semaphore, wide game, lomba morse, lomba tali-temali dan acara puncak adalah api unggun. Terlihat pada gambar para juri sedang sibuk mengomteri hasil lomba pidato bahasa inggris.

Konon api unggun menjadi tolak ukur kualitas DP pada eranya (ayo berjuang para pemberontak). Jika api padam tamatlah riwayat kita. Setalah para petugas berpeluh darah menyiapkan segala sesuatunya yang dikira siap untuk api unggun ternyata banyak terjadi insiden beruntun. Insiden pertama adalah para DP petugas pencari kayu (baca: Tama dan Osa) tidak bisa membedakan antara grajen dengan sekam. Akhirnya mereka mendapatkan jenggitan manis dari Pembina. Insiden kedua adalah jebatnya sandal para juri lomba secara bergiliran. Sehingga ketika mereka menjadi juri mereka tidak memakai alas kaki. Insiden ketiga adalah insiden dapur. Yaitu ketika para DP putri mencoba memasak nasi hasilnya adalah setengah matang (pero alias nglethis). Tetapi hasil karya itu tetap dinikmati dengan seperenambelas hati (kik kik kik). Insiden keempat adalah insiden penjualan sepatu masal. Para adik kelas yang sedang melaksanakan wide game dengan rute blethok menggantungkan sepatu mereka di tongkat yang melintang. Sehingga terlihat seperti berjualan sepatu.
Akhirnya malam puncak pun tiba. Para pengendali api yaitu Kak Ihwan, Ajia, Guruh, dkk mulai beraksi. Para DP menghela napas dengan lega karena api unggun berjalan dengan lancar (hore yes..!).

Hari terakhir LT I pun tiba. Pagi itu para siswa sibuk berkemas, para bendahara sibuk menghitung keuntungan mereka selama 3 hari 2 malam (Ggrrrr). Sedangkan para DP lain sibuk berfoto dengan Pembina.


Upacara penutupan berlangsung khitmad setelah diumumkan, para pemenang menerima hadiah dan bahagia sedalam-dalamnya. DP pun tersenyum ceria karena tugasnya telah berhasil dengan sukses dan sedikit memalukan (hehehe). Bendahara pun mulai beraksi lagi meminta sumbangan tongkat pada adik kelas di saat mereka akan pulang (kesempatan dalam kesempitan). Para pemberontak kebaikan tersenyum puas. Hussein dan Ulfa terlepas dari tekanan batin. Inilah Akhir dati LT I.

Leave a Reply